RESENSI PHILEM
Movie
300, Bertempur di Mulut Neraka
Film kolosal tak harus rumit dan membosankan seperti pelajaran sejarah. Lewat 300, sutradara Zack Snyder menyederhanakan legenda kepahlawanan pasukan Sparta melawan tentara Persia dengan setia pada style graphic novel ala Frank Miller. Hasilnya cerita epik yang tak cuma emosional, tapi juga sangat stylish.
Cerita 300 seolah membenarkan teori Ludwig Mies van der Rohe tentang less is more (sedikit adalah banyak). Sekitar 300 serdadu Negara Kota Sparta pimpinan Raja Leonidas (Gerard Butler) nekat melawan tirani ratusan ribu tentara Persia pimpinan Raja Xerxes (Rodrigo Santoro) ke seluruh Yunani.
Leonidas sebenarnya sudah meminta bantuan para dewa. Sayangnya, mereka (para dewa) memaksanya tidak berbuat apa-apa dan berkata, �?Sparta akan jatuh.�? Ia pun nekat berperang demi memperjuangkan apa yang mereka percayai sebagai kebebasan.
Kenapa mereka seberani itu? Dari prolognya kita tahu bahwa bangsa Sparta lahir dan hidup untuk berperang. Sejak usia 7 tahun, mereka dibaptis di api peperangan dan dididik di alam liar. Salah satu adegan menggambarkan Leonidas kecil membunuh serigala buas dengan tombaknya.
Dan terbukti, ke-300 prajurit Sparta ini membuat kocar-kacir ratusan ribu tentara Persia di sebuah tebing yang disebut Leonidas sebagai �?mulut neraka�?. Mereka membunuh prajurit �?zombie�?, menghancurkan gajah dan badak raksasa, hingga selamat dari hujaman jutaan anak panah.
Sementara suaminya bertempur, Ratu Gorgo (Lena Headey), berusaha untuk meyakinkan dewan untuk mengirim bantuan mendukung Leonidas. Termasuk menyerahkan tubuhnya untuk politisi oportunis Ephialtes (Andrew Tiernan).
Meski diinspirasi dari Perang Thermopylae yang memang meletus pada 480 Sebelum Masehi, sutradara Zack Snyder tak mengajak kita pusing menyimak latar belakang sejarah lewat dialog rumit yang membuat dahi mengernyit.
Premisnya adalah pengorbanan 300 pasukan Sparta yang kemudian menginspirasi seluruh Yunani untuk melakukan perlawanan. Titik. Sisanya sekitar 80 persen adegan film ini diisi dengan pertempuran superkeren.
Sekeren apa? Bayangkan The Matrix, Gladiator, dan Sin City dilebur jadi satu. Penggemar karya Frank Miller tentu paham akan kegemarannya menggunakan tone yang dark, termasuk sadisme dan adegan berdarah-darah.
Gabungan warna sepia plus adegan slow motion ketika pasukan Sparta menghunus tombaknya ke arah badak raksasa yang melaju membuat kita ikut menahan napas. Begitu pula adegan breathtaking saat hujaman jutaan panah milik pasukan Xerxes menutupi langit.
Sutradara muda Zack Snyder mungkin mendapat kredit setelah menggarap Dawn of the Dead. Tapi, mesin dari film ini tetap dipegang Miller, si kreator Dark Night dan Sin City. Miller seolah menemukan gaya baru dalam menggarap film epik haus darah melalui teknik computer generated-nya.
Setelah menonton, mungkin tak ada dialog yang benar-benar diingat. Tapi kamu bakal bercerita ke temanmu telah melihat sebuah karya yang ground breaking. (danang arradian/SINDO/via)
Pemain : Gerard Butler, Lena Headey, Rodrigo Santoro, Dominic West.
Sutradara : Zack Snyder.
Produser : Frank Miller.
Durasi : 117 menit.
300, Bertempur di Mulut Neraka
Film kolosal tak harus rumit dan membosankan seperti pelajaran sejarah. Lewat 300, sutradara Zack Snyder menyederhanakan legenda kepahlawanan pasukan Sparta melawan tentara Persia dengan setia pada style graphic novel ala Frank Miller. Hasilnya cerita epik yang tak cuma emosional, tapi juga sangat stylish.
Cerita 300 seolah membenarkan teori Ludwig Mies van der Rohe tentang less is more (sedikit adalah banyak). Sekitar 300 serdadu Negara Kota Sparta pimpinan Raja Leonidas (Gerard Butler) nekat melawan tirani ratusan ribu tentara Persia pimpinan Raja Xerxes (Rodrigo Santoro) ke seluruh Yunani.
Leonidas sebenarnya sudah meminta bantuan para dewa. Sayangnya, mereka (para dewa) memaksanya tidak berbuat apa-apa dan berkata, �?Sparta akan jatuh.�? Ia pun nekat berperang demi memperjuangkan apa yang mereka percayai sebagai kebebasan.
Kenapa mereka seberani itu? Dari prolognya kita tahu bahwa bangsa Sparta lahir dan hidup untuk berperang. Sejak usia 7 tahun, mereka dibaptis di api peperangan dan dididik di alam liar. Salah satu adegan menggambarkan Leonidas kecil membunuh serigala buas dengan tombaknya.
Dan terbukti, ke-300 prajurit Sparta ini membuat kocar-kacir ratusan ribu tentara Persia di sebuah tebing yang disebut Leonidas sebagai �?mulut neraka�?. Mereka membunuh prajurit �?zombie�?, menghancurkan gajah dan badak raksasa, hingga selamat dari hujaman jutaan anak panah.
Sementara suaminya bertempur, Ratu Gorgo (Lena Headey), berusaha untuk meyakinkan dewan untuk mengirim bantuan mendukung Leonidas. Termasuk menyerahkan tubuhnya untuk politisi oportunis Ephialtes (Andrew Tiernan).
Meski diinspirasi dari Perang Thermopylae yang memang meletus pada 480 Sebelum Masehi, sutradara Zack Snyder tak mengajak kita pusing menyimak latar belakang sejarah lewat dialog rumit yang membuat dahi mengernyit.
Premisnya adalah pengorbanan 300 pasukan Sparta yang kemudian menginspirasi seluruh Yunani untuk melakukan perlawanan. Titik. Sisanya sekitar 80 persen adegan film ini diisi dengan pertempuran superkeren.
Sekeren apa? Bayangkan The Matrix, Gladiator, dan Sin City dilebur jadi satu. Penggemar karya Frank Miller tentu paham akan kegemarannya menggunakan tone yang dark, termasuk sadisme dan adegan berdarah-darah.
Gabungan warna sepia plus adegan slow motion ketika pasukan Sparta menghunus tombaknya ke arah badak raksasa yang melaju membuat kita ikut menahan napas. Begitu pula adegan breathtaking saat hujaman jutaan panah milik pasukan Xerxes menutupi langit.
Sutradara muda Zack Snyder mungkin mendapat kredit setelah menggarap Dawn of the Dead. Tapi, mesin dari film ini tetap dipegang Miller, si kreator Dark Night dan Sin City. Miller seolah menemukan gaya baru dalam menggarap film epik haus darah melalui teknik computer generated-nya.
Setelah menonton, mungkin tak ada dialog yang benar-benar diingat. Tapi kamu bakal bercerita ke temanmu telah melihat sebuah karya yang ground breaking. (danang arradian/SINDO/via)
Pemain : Gerard Butler, Lena Headey, Rodrigo Santoro, Dominic West.
Sutradara : Zack Snyder.
Produser : Frank Miller.
Durasi : 117 menit.
No comments:
Post a Comment